Tanam kayu sejukkan bumi dan sejahterakan masyarakat

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pohon selama tumbuhnya menyerap karbon dioksida untuk proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Penanaman ratusan atau ribuan pohon yang terjadi pada acara peringatan hari lingkungan atau hari bumi sedunia diharapkan dapat menyerap lebih banyak lagi gas karbon dioksida di atmosfer dan sekaligus membuat bumi ini jadi lebih sejuk dan kualitas udarapun jadi lebih baik. Gas karbon dioksida merupakan salah satu gas rumah kaca “green house” yang terbuang ke atmosfer ketika proses pembakaran bahan bakar fosil.

Pada proses fotosintesis, pohon menyerap gas karbon dioksida (CO2) lalu mengeluarkan gas oksigen (O2), sedangkan gas karbon (C) tertinggal di pohon. Dengan demikian, pohon-pohon atau hutan dapat disebut sebagai wilayah penyimpan karbon atau carbon sink. Semakin banyak jumlah pohon yang ditanam, maka semakin banyak jumlah karbon dioksida di atmosfer yang dapat diserap dan pengaruh pemanasan global juga dapat dikurangi. Selain pada pohon-pohon yang masih hidup, karbon juga tersimpan pada material kayu di rumah-rumah kayu. Barangkali inilah yang tidak semua orang mengetahui bahwa rumah-rumah kayu atau material kayu pada rumah beton juga memiliki peran sebagai carbon sink.

Penanaman pohon di sekitar pekarangan rumah, kebun atau tanah kosong sejak lama telah dilakukan oleh masyarakat desa. Selain sebagai fungsi penghijauan dan pencegahan erosi, hutan rakyat juga meningkatkan kualitas udara sekitarnya dan tentunya memberikan nilai ekonomis bagi pemiliknya karena kayu-kayu yang dihasilkan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan kayu bakar (pengganti minyak tanah).

Perhatian dan dukungan dari pemerintah terhadap industri kayu harus terus ditingkatkan agar produk-produk kayu rakyat yang saat ini dikelola secara sederhana dapat dikembangkan kemudian dapat dijual tidak hanya di dalam negri, tapi juga ke manca negara dengan nilai jual yang kompetitif. Hal ini tentunya akan mendorong terciptanya lahan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat. Masyarakat pedesaan dapat bekerja di desanya masing-masing dan tidak harus pergi mencari pekerjaan dengan cara mengadu nasib di kota-kota besar yang mensyaratkan ijazah pendidikan.

Penggunaan kayu perlu ditingkatkan jumlahnya tidak hanya pada rumah-rumah kayu tapi juga pada rumah-rumah beton, misalnya pada bagian lantai, atap, furniture, pintu dan jendela karena hanya material kayu yang dapat menyimpan karbon, sedangkan beton, besi dan aluminium tidak dapat menyimpan karbon. Jumlah karbon yang disimpan oleh kayu adalah enam-belas kali lebih banyak dari pada jumlah karbon yang dilepas pada saat pengerjaan material kayu. Disamping itu, pengerjaan material kayu dapat dilakukan dengan mesin-mesin produksi dengan konsumsi bahan bakar fosil yang rendah.

Bangunan kayu sangat ramah terhadap lingkungan karena saat pengerjaannya memberikan dampak pencemaran udara, air dan tanah yang sangat minimal. Lebih jauh lagi, bangunan kayu tidak mengenal istilah sampah/waste karena sampah kayu dapat digunakan sebagai bahan bakar dan juga terurai secara alami sepenuhnya. Disamping sifat ramah terhadap lingkungan, bangunan kayu yang dirancang dengan baik bersifat fleksibel atau lentur sehingga dapat mengikuti gerakan gempa dengan tingkat kerusakan yang kecil.

Dengan demikian, menanam pohon memberikan harapan banyak untuk upaya peningkatan kesejateraan masyarakat desa dan kualitas lingkungan hidup yang semakin hari semakin menurun akibat pemanasan global yang dipicu salah satunya oleh peningkatan gas karbon dioksida.